Jumat, 05 Juni 2009

Tawakkal

Dalam melakukan suatu pekerjaan atau usaha diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu. Agar pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diinginkan, maka hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mulai mengerjakan usaha ataupun pekerjaan tersebut?

Tidak jarang rekan-rekan yang baru memulai usaha, mereka tidak melakukan perencanaan usaha dengan matang. Mereka mencoba untuk mengalir begitu saja. Padahal, ketika kita ingin mengembangkan usaha, maka semua akan berpulang pada perencanaan yang telah dibuat. Apakah rencana tersebut sudah benar-banar matang atau hanya sekedarnya saja? Apabila perencanaan tersebut sudah matang maka akan dapat memudahkan pelaksanannya di lapangan dan dapat menuai hasil sesuai dengan yang diinginkan.

Terkait dengan rencana yang matang, kita sebagai manusia juga harus bertawakkal atas rencana dan usaha yang telah kita lakukan. Sebab kekuatan manusia sendiri tidak akan sanggup menghadapi berbagai macam kesulitan tanpa bersandar kepada kekuatan Allah SWT.

Allah berfirman: “Adakanlah musyawarah dengan mereka dalam beberapa urusan, dan bila engkau telah memiliki ketetapan hati, maka berserah dirilah kepada Allah.” (QS. Ali-Imaran:159)

Firman Allah SWT : “Berpalinglah dari mereka itu, dan berserah dirilah kepada Allah. Dan cukuplah Allah itu sebagai pelindung.” (QS. An-Nisa’: 81)

Menurut bahasa, “tawakkal” berarti berserah diri, mempercayakan diri atau mewakilkan. Sedangkan menurut syari'at yaitu mempercayakan diri kepada Allah SWT dalam melaksanakan suatu rancangan, bersandar kepada kekuatan-Nya dalam melaksanakan suatu pekerjaan, berserah diri di bawah perlindungan Allah ketika menghadapi berbagai kesulitan.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa tawakkal sangat berkaitan dengan suatu rencana yang tetap (keputusan) atau kemauan yang disertai dengan ikhtiar melaksanakan rencana tersebut. Maka adalah sesuatu kekeliruan jika tawakkal itu diartikan sebagai berdiam diri tanpa ikhtiar sama sekali, misalnya mengharapkan sembuh dari penyakit tanpa berobat atau mengharapkan hidup makmur tanpa bekerja.

Beberapa ayat dalam Al-Quran dan hadis menjelaskan pentingnya ikhtiar, usaha dan bekerja. Dalam berikhtiar itulah proses usaha dan redha menerima “buah” daripada pekerjaan itu, banyak ataupun sedikit. Suatu contoh digambarkan dalam suatu hadis:

“Telah datang kepada Rasulullah SAW seorang lelaki yang hendak meninggalkan unta yang dikendarainya terlepas begitu saja di pintu masjid, tanpa ditambatkan terlebih dulu. Dia bertanya: ‘Ya Rasulullah! Apakah unta itu saya tambatkan lebih dahulu kemudian saya tawakkal, atau saya lepaskan saja dan sesudah itu saya tawakkal? Rasulullah SAW menjawab: ‘Tambatkan lebih dahulu dan kemudian bertawakkallah engkau!” (Riwayat Tirmidzi)